Bagaimana Cara Saya Menulis Lebih Panjang dari Biasanya dan Tanpa Takut Kehabisan Kata-kata?

B

Jawabannya adalah outline.

“Lah, singkat amat Kadika? Mana jawaban panjangnya?”

Wkwkwk…

Iya… iya… sebentar lagi kamu akan tahu bagaimana cara Kadika menulis lebih panjang dari biasanya.

Jadi tempo hari Kadika menulis artikel 4 Tahapan Karier Copywriter sepanjang 2548 kata, mungkin biasa saja, tapi yang membuat itu menarik adalah Kadika menulis hanya 2 jam-an kurang.

“kok bisa begitu, Kadika? Apa rahasianya?”

Oke, oke, sebentar lagi Kadika akan bocorin rahasianya, yang sebenarnya bukan rahasia lagi sih.

 

Time to Think
Pic from Ümit Bulut on Unsplash

Menyiapkan Pikiran akan Menulis Apa

Kadika pernah menulis di modul CIW, kalau “suksesnya sebuah konten adalah alur.”

Inilah yang bikin tulisan kita bisa men-delivery pesan atau maksud dari tulisan kita.

Karena dalam benak kita jelas mau nulis apa, maka dengan mudah kita buat outlinenya, atau struktur tulisannya.

Karena ketika kita pengen nulis sesuatu, kalau langsung to the point,

…boleh jadi nggak langsung mengerti apa yang kita pahami dari pemahaman atau pengetahuan yang kita tahu.

Misal, kita pengen nulis dan ngasih tahu kalau content writing dan copywriting itu penting.

Maka outline yang bisa kita buat adalah menarik peristiwa atau kronologi bagaimana content writing dan copywriting itu bisa menjadi penting.

Judul: Zaman Sekarang Rugi Banget Kalau Nggak Menguasai Content Writing dan Copywriting

Sub judul:

#1. Pandemi Datang Tanpa Permisi

Kita ceritakan awal hadirnya pandemi, hingga kita kasih tahu banyak perubahan yang terjadi ketika pandemi.

Mulai dari belajar di rumah, belanja di rumah, kerja di rumah, semua dilakukan dari rumah.

Maka perubahan perilaku pun terjadi, menjadi semua serba digital atau online.

#2. Masifnya Digitalisasi

Di bagian sub judul ini ada kutipan dari Yuswohady, “perubahan yang kita alami mestinya 5 – 10 tahun, karena pandemi menjadi 5 – 10 bulan.”

“Kok, kadika bisa dapet saja sih kutipan yang mendukung itu?”

Wkwkwk, yah elah, nanti dulu nanyanya, Kadika lanjutin dulu yang ini, yak? Di bagian selanjutnya kita akan bahas soal itu. Hihi.

Kita kasih fakta bahwa perusahaan banyak yang go digital, hampir semua sektor mendigilisasi bisnisnya.

Maka mereka membangun infrastuktur digital, mulai dari website, lalu socmednya dioptimasi lagi—yang awalnya jarang banget update.

Hingga kita simpulkan satu hal penting dalam digitalisasi itu adalah…

#3. Satu hal penting dalam digitalisasi agar terjadi sustainability

Ya, kita kasih fakta lagi bahwa satu hal penting ini adalah digital marketing atau pemasaran digital.

Perusahaan yang sudah go digital, tapi nggak dioptimasi dengan digital marketing, ya, sama saja bohong, kurang maksimal buat dapetin leads dan sales.

Pokoknya di bagian ini kita kasih tahu betapa pentingnya digital marketing, lalu ruginya apa, dan untungnya apa pakai digital marketing.

#4. Skill dan faktor penting dalam digital marketing

Baru deh sampe ke penjelasan bahwa content writing dan copywriting itu penting.

Kita kasih tahu semua optimasi digital marketing tanpa terlepas dari content dan campaign.

Intinya butuh tulisan—konten dan iklan.

Ya, kalau Kadika yang tulis, tentu saja akan diarahkan ke Certified Impactful Writer yang bisa menguasai keduanya.

“Kok begitu, Kadika?”

Ya, karena perusahaan mana sih yang mau rekrut copywriter kalau sudah content writer dan yang dibutuhin cuman 1-3 headline iklan atau caption.

Kalau ada yang bisa dimaksimalkan, ya, dimaksimalkan.

Iya?

“wah, gokil banget sih ini outlinennya saja udah kebayang persuasinya ke mana. Hahaha.”

Loh, memang sebaiknya seperti itu, wkwkwk.

Sekarang kita lanjut, ke…

 

bahan bahan menulis
Pic from Thomas Franke on Unsplash

Bahan-bahan Sudah Tersedia di Awal

Sekarang bayangin kalau mau bikin kue, tapi telor, terigu, mentega, belum dibeli, alias belum tersedia di depan mata.

Apa yang terjadi?

Ya, kuenya langsung jadi.

Begitu pun dalam menulis, ketika ingin menulis sebuah topik, sebaiknya bahan-bahannya sudah ada di awal.

Agar apa?

Ya, nggak mandeg, ini yang bikin writer’s block terjadi, karena bahan-bahan bakunya di awal nggak ada.

Nggak apa-apa ngumpulin bahan bakunya agak lama, yang penting sudah tersedia di awal.

Biar kalau sudah tahu mau bikin kue apa, kita langsung buat.

Cuman bedanya dalam writing, bahan-bahan itu dibiarkan mengembang dalam diri kita, ya, ibarat adonan donat, deh.

Karena pengetahuan, pemikiran, pengalaman yang kita miliki dan rasakan di dalam diri, butuh pengendapan, atau Kadika biasa menyebutnya proses inkubasi.

Ibarat iceberg, yang di atas terlihat kecil, atau puncaknya sekitar meter tingginya, tapi sebenarnya yang tak terlihat ini kalau berbentuk puncaknya bisa lebih tinggi.

iceberg pengetahuan
Contributor Freepik on freepik.com

Maka dari itu, penting untuk banyak membaca, kalau ada yang penting di bagian buku tersebut,

…diingat baik-baik atau catat ke dalam catatan khusus untuk mengingat kembali kutipan yang pernah kita dapetin dalam buku, artikel, atau video.

Agar apa?

Kita mudah mengaksesnya.

 

bercerita dengan antusias
Pic from antonio molinari on unsplash.com

Bercerita dengan Antusias

“Seandainya kita belajar berbicara sebagaimana kita belajar menulis, maka kita semua akan berbicara gagap.” ~ Mark Twain on Hypnotic Writing, Joe Vitale.

“Emangnya bisa ya, Kadika? Kita bercerita dengan antusias lewat tulisan?”

Bisa banget, maka dari itu penting untuk menguasai skill mengetik 10 jari agar pikiran kita sama cepatnya dengan jari-jari kita.

Ketika kita mengetik, kita seolah-olah sedang bercerita kepada satu orang, dan itu yang bikin tulisan yang kita buat ada rasanya, ada vibesnya.

Dan rasa antusias itu adalah bahan bakar yang bikin Kadika untuk terus menulis dan bikin tulisan itu menjadi lebih hidup.

 

Jadi, apa intinya Kadika?

Intinya banyak membaca, banyak menyerap pengetahuan, karena bagaimana kita bisa memasak atau baking kue, kalau bahan-bahannya nggak ada.

Maka penting di awal untuk sering-sering menginput bacaan, Kadika suka banget analogi yang disampaikan oleh mendiang Hernowo, “membaca seperti mengemil”.

Artinya nggak perlu terburu-buru ingin memhabiskan—membaca—buku, tapi yang penting adalah kita terus baca, tahu-tahu selesai.

Dan jangan lupa untuk kuasai seni mengetik 10 jari, karena ini yang bikin kita happy banget ketika mengetik, karena ya itu, kecepatan pikiran kita sejalan dengan kecepatan jari kita. Hahaha.

Sampai jumpa di tulisan berikutnya.

 

Salam,

Kadika

NB: Ini rekomendasi program buat kamu yang pemula dan ingin bisa lancar menulis. Kunjungi di sini, ya.

About the author

Dwi Andika Pratama

Founder ImpactfulWriting.com | Professional Impactful Writer | Mentor at CertifiedImpactfulWriter.com

Add comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Penulis Blog Ini

Dwi Andika Pratama sapaan akrabnya Kadika. blogger sejak 2012. Menjuarai lebih dari 10x Kompetisi Blog. Penikmat Buku Pengembangan Diri dan Marketing. selengkapnya…

Paling Dicari

Kategori

Part of BloggerHub.id

I’M Certified Impactful Writer

I'M Certified Impactful Writer Certified Impactful Writer