KadikaToday: Dari Tukang Ojek, Penulis, hingga Artis

K

“Motivasi itu datangnya dari dalam, inspirasi datangnya dari luar” Billy Boen.

Emang begitu realitanya, kita bisa dapet inspirasi dari mana aja. Aku kan orangnya filosofis banget. Suka mencari makna dari apapun yang menurut ku ada inspirasi di sana.

Bahkan dalam kebanyakan orang bilang itu hal buruk, tapi bagiku itu inspirasi untuk menulis atau berpikir. Hahaha.

Hari ini aku banyak mendapatkan inspirasi, ya, dari Tukang Ojek, Penulis hingga Artis. Dan ada satu rasa yang kuu dapatkan. Tak bisa aku deksripsikan dalam kata kata dan gambarkan dengan warna. *anjay*.

Intinya aku merasa terinspirasi. Pembelajaran yang ku dapat bisa jadi tak aku dapatkan di buku, mungkin ada, tapi aku gak baca bagian itu. Ya gak? Makanya aku bersyukur.

 

Tukang Ojek Pangkalan

Aku hari ini ada janji untuk ketemu bersama penulis. Ya penulis yang selama ini aku favoritkan bukunya.

Karena 5 tahun lalu aku membacanya dan aku makin jatuh cinta dengan dunia pengembangan diri.

Aku duduk di depan Minimarket, sebut aja Alfamart. Karena pagi itu di depan Alfmart belum terkena panas. Walau janji ketemu jam 11:30, aku udah di Stasiun Pondok Ranji sejak pukul 09:00.

Karena kalau aku berangkat dari rumah siang, energinya beda, magernya ada, pokoknya gak nyaman-lah kalau berangkat siang.

Aku perhatikan, ya, peka aja gitu, sama tukang ojek yang mangkalnya di depan Alfamart Stasiun Pondok Ranji.

“ini orang kayaknya kepengen ngorbol, dari tadi orang yang duduk di deket dia aja diajak ngobrol” gumamku

Gak biasanya aku ini ingin ngobrol, wkwkwk. Mungkin abis nonton video Workshop tentang Komunikasi, jadi rugi banget kalau waktu luang gak diisi dengan ngobrol.

Oke, aku punya teknik supaya tukang ojek itu mau ngobrol. Aku masuk aja ke Alfamart, ya itung itung aku sewa tempat duduk. Haha.

akhirnya dia duduk juga di samping ku.

Aku cari kopi luwak yang botolan itu. Aku pikir bapak seusia dia ini suka dengan kopi luwak. Dan bener aja suka kopi luwak. Ku tau ini ketika di sela-sela percakapan dia ngomong begitu.

Kurang lebih aku mengobrol satu jam lebih mulai dari profesi dia, keahlian dia, sampe cerita baper ketika narik. Aku jadi inget di buku apa gitu ya, kalau kita cuek sama orang, karena kita gak peduli, gak naruh empati. Makanya jadi yaudah, gitu.

Usinya mau tau gak berapa? Ya, dia adalah tukang ojek paling tua di semua tukang ojek yang ada di stasiun pondok ranji. 67 tahun umurnya. Gokil! Dia masih kuat bawa(baca: mengendarai) motor, terus mata masih awas, dan seger aja gitu.

Akhirnya ku nyimak, dengan soft aku bertanya, “bapak biasa dipanggil siapa kalau di sini?”, “saya mah di sini biasa dipanggil Pak Mamat”. Hmm oke, aku lanjut mendengarkan cerita.

Ada cerita baper yang menyentuh:

“ada tuh penumpang yang biasa naek sama saya. Saya kasih ke orang itu (sambil nunjuk ke orangnya, karena tetiba dia ikutan mangkal di depan Alfamart), eh pulangnya saya dikatain”

“dikatain apa tuh pak?” tanya penasaran

“noh penumpangnya gak mau naek sama engkong, soalnya bau. Katanya. bau apaan? bau tanah”

Anjir ngocol banget, gak tau terimakasih banget itu orang, gumamku.

 

Ada pesan yang membumi yang ku dapatkan dari Pak Mamat ini:

Pertama, kalau mau sehat dan kuat  seperti Pak Mamat yang ku tau belakanga ini udah punya cicit. Kuasai pikiran dan jangan peduliin omongan orang lain. WOW! Aku pikir iya, karena terlalu banyak mikirin apa kata orang lain malah pusing sendiri dan itu gak penting banget. Haha.

Dan gak perlu ngurusin orang lain, mereka mau gimana ya, bodoamat. Pembelajaran ini diperkeren oleh karyanya Mark Manson, The Subtle Art of Not Giving a F*ck. Baca deh!

Kedua, perbanyak minum air putih. Ini sederhana sih, tapi dia udah membuktikan kalau banyak minum air putih itu bisa lebih sehat.

Ketiga, ikhlas. Dalem ini lho. Dia bilang, sepi gak sepi dia pulang jam setengah 6. Karena dia bilang gak mau ngoyo, dan kalau udah cukup ya, pulang.

Suka diledekin sama ojek lainnya, suka diserobot penumpangnya, tapi pak Mamat menanggapinya selow aja. Ikhlas aja.

Dia juga cerita ada penumpang yang cuman ke PKN-STAN dikasih 50rb. Karena dia sendiri untuk gak ngoyo banget. Makusdnya tariff ya aja standar gitu, tapi kalau kita nawarnya wajar, dia juga kasih kok.

Keempat, Mandiri. Terus, dia itu orangnya gak suka repotin orang, walau ada penumpang yang minta buat gak usah ngojek, tapi dia membantah itu. Karena dia dari bujangan udah terbiasa mandiri.

Inilah kalau orangtua dan menemukan makna hidupnya, ya lanjut aja ngojek juga.

Kelima, bermanfaat. Pada akhirnya aku menemukan makna baru. Aku ini penggiat skills. Maksudnya aku peduli dengan pengembangan skills seseorang. Karena aku yakin dengan skills orang bisa menghidupi dirinya. Termasuk aku. Ngerasa banyak banget faedahnya.

Selain dia ngojek, dia juga jadi tukang urut panggilan. Dia bilang seminggu ada aja 2 kali yang ngurut. “oke dia menggunakan skills urut-nya untuk bermanfaat”.

Kamu gak akan ngerasain nikmatnya bisa bermanfaat untuk orang lain, kalau gak ngerasain langsung. Hehe.

 

KataHati untuk Indonesia

Begitu mendalam visi-misi Mas Nunu untuk Indonesia. Begitu sapaan akrabnya, penulis Buku Quantum Ikhlas yang bukunya bertengger di rak buku best-seller hingga 11 tahun lamanya di toko buku Gramedia.

Beliau menawarkan saran praktis untuk menjadi Ikhlas. Ya, menjadi, bukan ingin. Karena ingin itu masih berandai andai bagaimana rasanya ikhlas, tapi kalau menjadi ikhlas, kamu merasakan benar benar apa itu ikhlas.

Mas Nunu sendiri dalam bukunya gak bisa menjelaskan ‘rasa’ ikhlas itu sendiri seperti apa. Ibarat menjelaskan rasa madu yang begitu manis, tapi agak sulit menjelaskan kepada orang yang belum pernah merasakan madu.

Dari pada pusing mending baca aja bukunya Quantum Ikhlas. Ada kok di toko buku Gramedia.

Hmm. Sebenernya gak nyangka sih bisa ketemu sama Mas Nunu, karena sebelumnya gak tau lewat jalur mana bisa ketemunya. Hahaha.

Mas Nunu ini salah satu penulis favorit dari SMA sampe sekarang. Di antaranya ada Mas Ippho, Om Dedy Susanto, terus Kek Jamil Azzaini. Terus siapa lagi ya? Oh ya, Mas Teddi Prasetya.

Karya mereka semua cukup banyak mengubah paradigma ku dalam bersikap sehari hari. Mas Ippho bisa ketemu lewat lomba blog kompetisinya, Om Dedy di seminarnya, Kek Jamil pas bedah bukunya, dan sama mas Teddi pas jadi moderator di penerbit zaman.

Tapi ada satu insight yang ku dapatkan dari prosesnya bertemu penulis favorite. Ya, kalau kapasitas kita udah siap bertemu, pasti ketemu kok.

Dulu waktu SMA kan, ya seperti pembaca pada umumya. Kalau sekarang kan, udah bedalah.  wkwkwk.

Berawal dari kepedulian aja. Ketika aku coba iseng buka katahati.co.id, ternyata expired. Wah! Sayang banget kalau gak diperpanjang. Mungkin lupa pikirku.

Yaudah aku Screenshoot terus kirim DM dah. Entahlah apa yang membuat Mas Nunu mengundangku ke kantornya. Anjay! I’m feel excited.

Ya, seperti biasa kalau ketemu pertama kali ada intermezzo-nya. Masih obrolan biasa, tapi makin ke sini, wow, dibawa ‘jalan jalan’.

Bener ya, antara baca bukunya dengan denger + nyimak langsung dari penulisnya beda rasanya. Pemahaman lebih cepet ngena ke hati. Hahaha.

Nah, berhubung buku terbarunya Karakter360 belom punya, niatnya mau beli setelah pulang dari kantornya Mas Nunu.

nah akhirnya… punya foto ini… wkwk.

Eh, malah dikasih bukunya, sekaligus dua lagi. MasyaaAllah Alhamdulillah.

Saking banyaknya percakapan kami berdua (sebelum kedatangan Kaka Noy, wkwk) ada dua hal yang ku dapatkan dari pembicaraan kami berdua.

Pertama, ketika aku menyampaikan 21Century Skills alias Keahlian Abad 21 yang 4C itu. Masih inget gak? Atau gak tau? Hahaha.

Jadi 4C itu terdiri dari: Critical Thinking, Creative Thinking, Communications Skills, dan Colaboration. Oke itu 4 kan? Mas Nunu memang juara dalam hal ini.

Dia bilang apa coba, “Saya tambahin C, jadi 5C”, “satu lagi apa tuh Mas?”, “Consciousness…”, “yang berarti Kesadaran”, “Ya tepat sekali”.

Lah iya juga tuh, aku banyak bercerita masa lalu ketika aku masih kelas 11 dan udah baca buku Mas Nunu, terus ngobrolin misi Mas Nunu kedepannya untuk Indonesia, terus kita asik bahas Distruption, wah banyak dah.

Mas Nunu bilang kesadaran itu juga keahlian. Karena keahlian jadi bisa dilatih. Dia menyebutnya HeartSkills. Haha. Asli keren banget kalau udah dapet nama tuh.

Aku pun cerita apa yang ku alami soal kejadian “ngeh” itu, soal rasa yang ku dapatkan tiba tiba dari inspirasi yang hinggap di diriku.

Pada akhirnya aku menyimpulkan, dari apa yang kita kejar selama ini, ada rasa yang kita inginkan, ada rasa yang kita ingin hadirkan dalam diri, sesungguhnya yang kita inginkan adalah perubahaan rasa.

Kedua, Satu kalimat yang membuatku mendrive perasaan dan pikiran ku. “Rasa apa yang kau cari?”. Ketika gabut, perasaan apa yang kamu inginkan? Wah aku cerita tuh problematika anak zaman sekarang.

Yakni terlalu sering gabut. Wkwk. Tapi karena aku menyadari itu dan sadar kalau itu gabut, aku segera bertindak mencari apa yang seharusnya aku lakukan.

Mungkin yang baca tulisan ini ada yang menyeritkan dahi, “Kadika ngomong apa sih?”, ya gak apa-apa, yang penting perbendaharaan ini masuk dalam benak mu dulu, nanti kamu penasaran.

“bagaimana sih menciptakan rasa bahagia dari dalam tuh?”

Nah, itu akan beda lagi ceritanya. Saran ku sih ya, baca buku Quantum Ikhlas atau Karakter360.

 

Dia Bernama Noy

“assalamualaikummm…”

Terdengar dari luar suara perempuan yang dari nadanya udah gak sabar kepengen ketemu orang. Dan, Mas Nunu memanggilnya “Noy”.

Kami saling berkenalan. Mas Nunu saling memperkenalkan kami, “Ini Dika, penulis blog” sambil mempersilahkan Noy duduk. Mas Nunu juga memperkenalkan Noy kepadaku “Ini Noy, Dika. Dia selebgram”.

Aku hanya bergumam “oh selebgrammm”. Ya sambil melanjutkan obrolan kami berdua, Noy langsung bercerita dengan penuh semangat, padahal ya baru dateng, nafas dulu kali ya? Haha.

Aku pikir dia masih single, eh ternyata udah punya anak, beneran gak keliatan udah punya anak. Karena aku bisa melihat mana anak muda mana mamah muda. Hahaha.

Banyak yang diceritakan oleh Noy ini. Dia menggebu gebu, dia ingin banget ngebantu rekan rekannya. Anyway dia juga salah satu pemain FTV di RCTI. Wuihhh.

Jarang sih yang ku tau kalau dunia artis bisa se-positif Noy ini. Dia punya sprit berbagi yang tinggi, orangnya humble, mau belajar, terus asik betul kalau diajak diskusi.

follow IG Ka Noy -> Aquino Noy

Mungkin kemaren aku ke rumah mas Nunu itu bukanlah sebuah kebetulan, tapi bagian dari rencana-Nya. Sungguh aku senang mendapatkan teman yang satu frekuensi. Ahay!

Duh panjang banget ya? Makasih udah baca sampe akhir. Dan aku kan simpulkan dari cerita ini.

Tukang ojek mengajarkan ku bagaimana hidup merasa cukup, agar bisa menghadirkan rasa syukur yang berujung rasa bahagia.[]

About the author

Dwi Andika Pratama

Founder ImpactfulWriting.com | Professional Impactful Writer | Mentor at CertifiedImpactfulWriter.com

Add comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Penulis Blog Ini

Dwi Andika Pratama sapaan akrabnya Kadika. blogger sejak 2012. Menjuarai lebih dari 10x Kompetisi Blog. Penikmat Buku Pengembangan Diri dan Marketing. selengkapnya…

Paling Dicari

Kategori

Part of BloggerHub.id