Dua Cara Menghentikan Stres dan Overthinking

D

Sudah 7 hari kita menjalain ibadah puasa, bagaimana puasa kamu?

Hehehe… maaf kalau yang buat nggak puasa, ya.

Tapi, 7 hari ini memberiku pembelajaran yang sangat berarti. Dulu, waktu masih kerja di daerah Bintaro, aku males banget bangun pagi, karena harus naik KRL agar tidak telat masuk kantor.

Eh, sekarang udah ngantor di rumah, tetap aja ada magernya. Hahaha…

Puasa satu minggu itu ada penyesuaian dalam diriku, sehingga aku merasa datar-datar aja nih. Bahkan sempat merasa lelah sekali dengan pekerjaan.

Lelah mental, pikiran nggak bisa di-stop kayak kereta, bekerja terus. Jadinya pusing sendiri, hehehe…

Bersyukurnya aku, Allah menunjukkan solusinya. Aku mulai mempraktikkan ini. Dan, alhamdulillah aku menjadi lebih tenang dan nggak mudah overthinking.

“Wah, emang Kadika suka overthinking ya?”

Mungkin iya, karena terkadang suka mikirin apa yang sebelum terjadi. Sampe dipikirin, disiapin juga antisipasinya. Hehehe.

 

Atensi dan Penilaian

Ya, dua cara menghentikan overthinking bahkan stres adalah mengelola atensi alias perhatian. Dan mengelola ekspektasi (harapan) dengan nggak banyak memberikan penilaian.

Aku menyadari betul ketika aku dipicu oleh konten yang ada di socmed atau sedang diam membaca buku, tapi perhatianku mudah terdistraksi.

Pikiranku menjadi mengembara kemana-mana, yang kalau dikaji ulang, sebenarnya itu hanya ada di pikiranku saja.

Akhirnya aku putuskan untuk mengikuti e-courses SDS (Sadar Diri Santhosa) karya Kak Adjie Santosoputro yang berformat tulisan di karyakarsa.com.

Aku mempraktikkan apa yang Kak Adjie sarankan, yakni menyadari perhatian. Sadari ketika pikiran kemana-mana, yaudah kembalikan fokus sini-kini. Dengan apa?

Ya, menyadari napas. Menyadari keadaan.

Dari sini aku mendapatkan satu kedamaian yang aku inginkan sebelumnya.

“baiklah, ternyata pikiranku yang kurang bisa dikendalikan”. Begitu gumam hatiku.

Meski aku sudah mengenal Kak Adjie dari buku-bukunya sejak 2015, tapi aku merasa butuh update lagi dari Kak Adjie, makanya aku putuskan untuk ikut e-courses yang dia tulis di karyakarsa.com.

Sekalian aku juga mempelajari bagaimana UX karyakarsa.com melalui aplikasi, karena aku pun tertarik menjadi kreator di platform tersebut.

Oke, lanjut soal tidak mudah memberikan penilaian untuk mengelola ekspektasi.

Secara contoh mudahnya begini, ketika seseorang hanya melihat story kita, tapi nggak bales DM kita, kalau kita terburu-buru memberikan penilaian.

“kok, DM gue nggak dibales. Oh berarti gue nggak penting”

“katanya temen, kok DM gue nggak dibales sih”.

Kita jadi menaruh ekspektasi atau harapan pada seseorang untuk segera membalas DM kita. Padahal kalau kita nggak memberikan penilaian, ya, kejadiannya akan tetap netral.

Makanya, aku sekarang mengupayakan untuk biasa aja, nggak ingin langsung memberikan penilaian.

Kalau dulu, aku terkadang mudah menganalisis dari perilaku seseorang. Yang membuatku pusing sendiri. hahaha.

Nah, jadi gitu aja dulu, mudah-mudahan bisa dimengerti dan dipahami.

Sampai jumpa di tulisan berikutnya.

About the author

Dwi Andika Pratama

Founder ImpactfulWriting.com | Professional Impactful Writer | Mentor at CertifiedImpactfulWriter.com

Add comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Penulis Blog Ini

Dwi Andika Pratama sapaan akrabnya Kadika. blogger sejak 2012. Menjuarai lebih dari 10x Kompetisi Blog. Penikmat Buku Pengembangan Diri dan Marketing. selengkapnya…

Paling Dicari

Kategori

Part of BloggerHub.id