Stress Release yang Sederhana

S
oleh: Dwi Andika Pratama

Setelah seharian bekerja bukan berarti tak terhindar dari stres. Ya, stres itu sendiri kondisi dimana harapan jauh berbeda dengan realita. Di awal mau ngerjain apa, eh siangnya jadinya apa.

Kita punya impian ideal setiap harinya. Makanya tak jarang seseorang yang bekerja di sore harinya merasakan stress. Apa itu normal?

Ya, normal banget lha…

Aku pun demikian. Tapi aku menyadari ketika melakukan stress release ada yang sesuatu yang mesti aku ubah. Ya, aturan diri sendiri.

Mungkin aturan diri sendiri tanpa kamu sadar tertanam bahkan menjadi kebiasaan. Kalau gak ngelakuin, jadi ada yang kurang aja. Nah itu kebiasaan.

Aturan diri itu seperti “jika saya minum teh thai, maka saya akan tenang/bahagia”, ada lagi “jika saya makan coklat, maka saya tenang/bahagia”.

Baiklah sesuatu yang manis itu emang memberikan dampak terhadap keberlangsungan emosi kita.

Tapi bagaimana kalau kebergantungan? Itu dia yang jadi persoalan.

Selama ini ketika aku merasa pusing, aku ingin minum teh thai atau beli coklat. Sampai aku berpikir mau “sampe kapan kalau stress release itu menggunakan makanan?”.

Setelah aku belajar pengendalikan pikiran dari Leo Babauta salah satu blogger dan penulis favoritku.

Ada kalanya kita diam tidak melakukan apapa. Karena saat tak melakukan apa-apa juga kita memikirkan hal lain. Dan disitulah seninya.

Hari ini cukup membuat ku pusing karena plan yang sudah ditentukan agak terguncang dengan permintaan dari client yang cukup mendadak dan mendesak. Wah!

Yasuda aku coba beli teh thai, agak reda sih. Tapi tetep aja pusing. Hehe. Ketika pulang aku melakukan ini.

Seni Melepas dan Hadir Utuh

Ketika stress melanda ada kalanya kita tidak melakukan apa-apa selain menyadari kehadiran utuh. Tadi ketika menunggu jadwal keberangkatan menuju stasiun Parungpanjang, aku melakukan:

  • Aku mencoba duduk sejenak menyadari kehadiranku.
  • Aku merasakan bokongku sedang menempati bangku.
  • Aku berbicara kepada bagian rasa pusingku “ya, aku menyadari kalau aku sedang pusing” sambil ku pegang bagian pusing tersebut.
  • Aku mulai mengalihkan fokusku kepada ritme bernafas: masuk dan keluar.
  • Semua indera tubuhku ku sadari, mulai dari tangan memegang gadget dan bangku.
  • Telinga mendengarkan suara sekitar.
  • Sambil terus berfokus kepada rime nafas: masuk dan keluar.
  • Aku terima keadaan itu (mau pusing, kecewa, apapun namanya) “aku menerima kehadiranmu (rasa pusing itu tadi)”.
  • Dan ketika KRL keberangkatan hampir tiba pusing ku semakin reda.

Apa yang menyebabkan kita bisa berubah kondisi?

Ya, kamu benar. Yakni sugesti dan kekuatan pikiran itu sendiri. Karena tantangannya adalah mengendalikan pikiran di saat kacau, bahkan tak tau harus bagaimana.

Maka penting sekali bersikap untuk tenang dan tidak melakukan apa-apa. Aku lebih suka menyebutnya jeda atau rehat.

Karena saat itu kita memberikan space atau ruang terhadap apa-apa yang kita kerjakan.

Ketika kemaren lusa aku berbincang dengan CMO di perusahaan client ku. Dia bertanya kalau lagi gak mood, gak mau ngerjain sesuatu itu sah gak sih?

Sebelum aku jawab aku berikan ilustrasi. Saat itu aku memegang sebuah buku dan bertanya:

“ini apa namanya?”

“buku”

“bukan, ini apa?”

“ya, buku?”

Hampir benar. Tapi bukan itu jawabannya kataku. Benda ini bisa disebut buku karena kita bisa melihatnya dalam bentuk buku. Dan diantaranya ada ruang atau space.

“maksudnya?”

Aku langsung menempelkan buku ke wajah persis sampai wajahku tertutup buku.

Dan aku bertanya,

“apa ini terlihat seperti buku?”

Kan gak. Begitulah persoalan hidup. Terkadang kita mesti memberi jeda atau rehat agar kita bisa melihat dari kejauhan bagaimana bentuk atau objek yang mau kita selesaikan.

Kesimpulan:

Ketika dilanda stres, pusing, badmood, marah, kesel, kecewa, dsb. Cobalah diam untuk tidak melakukan apa-apa dan begini:

  • Menyadari
  • Hadir utuh
  • Fokus kepada nafas
  • Dan menerima keadaan

Lakukan bisa 5 menit, 10 menit, atau bahkan 20 menit. Bisa bersadar atau sekedar duduk saja di tempat minim gangguan.

Jangan main gadget ketika kamu sedang diam. Karena itu bukan lah tidak melakukan apa-apa.

Jadi, sekarang tergantung sugesti pikiran kamu dan sekarang kamu tau cara mengatasinya. []

About the author

Dwi Andika Pratama

Founder ImpactfulWriting.com | Professional Impactful Writer | Mentor at CertifiedImpactfulWriter.com

Add comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Penulis Blog Ini

Dwi Andika Pratama sapaan akrabnya Kadika. blogger sejak 2012. Menjuarai lebih dari 10x Kompetisi Blog. Penikmat Buku Pengembangan Diri dan Marketing. selengkapnya…

Paling Dicari

Kategori

Part of BloggerHub.id