Kenapa Memahami Inti Komunikasi adalah Kunci Persuasi?

K

Mungkin kamu udah nggak asing dengan kata “influence”, karena sering melihat orang di socmed menyematkan identitas sebagai “Influencer” alias seseorang yang bisa memberi pengaruh.

Apakah seorang influecer harus punya followers yang banyak banget?

Tentu saja nggak, kamu pun patut disebut seorang influecer, atau orang yang punya pengaruh.

Sebelum lanjut, mari kita samakan persepsi dulu. Kalau apa yang akan aku tulis di sini, konteksnya komunikasi untuk penjualan.

Bahas duit, nih. Masa iya nggak mau? Haha.

Yuk, lanjut.

Inti Komunikasi adalah…

Aku ingin mengutip beberapa kalimat dari pakar yang sudah terbukti kepakarannya.

Pertama, “inti komunikasi adalah persepsi” Prof. Deddy Mulyana, M.A, Ph.D. Kalau kamu mahasiswa komunikasi dan membaca buku Pengantar Ilmu Komunikasi karangan beliau, pasti kamu akan menemukan kutipan tersebut.

Kedua, “inti pemasaran adalah mengubah persepsi”, Dr. Joe Vitale. Seorang copywriter ulung, terbukti buku-bukunya laris nggak karuan.

Kedua orang ini pakar dari dua bidang yang berbeda, satu akademis, satu lagi praktisi.

Aku ingin mejahit benang merah yang kudapatkan, meski sederhana, tapi ini yang memberi dampak terhadap kehidupanku. Hehe.

Apa lagi, selain aku bisa meraih Rp. 100.000.000,- juta pertama dari tulisan. Oke, kembali ke pembahasan.

Sewaktu aku berkunjung ke rumah dosen, kami berlima saling bercerita soal kampus, dan di tengah percakapan dosenku nyeplos “suksesnya komunikasi, adanya kesamaan persepsi”.

Jadi, pesan yang kita sampaikan, akan jauh lebih mudah diterima dan dilakukan saat persepsinya sama.

Misalnya, aku ngobrolin tentang Jakarta, tapi aku detailkan hanya membicarakan tentang wisata di Jakarta, lawan bicaraku, katakanlah ia suka sekali traveling, jakarta mah udah hapal, deh.

Kira-kira kalau ngomongin wisata di Jakarta, akan nyambung nggak? Tentu saja, karena adanya kesamaan persepsi. Itu contoh yang paling mudah dipahami. Kebayang, ya?

Gimana? Lanjut, nih?

Menulis adalah Cara Terbaik Mengubah Persepsi di Era Digital?

Bayangin kalau di dunia internet nggak ada kata-kata, nggak ada tulisan, rasanya kita menjadi hampa banget kali, ya?

Sejauh ini, pengamatanku, menulis adalah media terbaik untuk menyampaikan pemikiran, dan tentu saja mengubah persepsi seseorang.

Karena kalau berbicara secara langsung ada pasti gangguan, belum lagi kalau take video. Kalau secara visualnya nggak menarik, bisa jadi gangguan juga.

Pesannya jadi nggak tersampaikan dengan baik. Ini persepsiku aja, ya. Boleh jadi tepat buat kamu, boleh jadi nggak.

Saat orang lain mengikuti apa yang kamu tulis, kamu seorang influencer. Karena pembaca ‘terpengaruh’ dari kata-kata kamu. WOW, keren, kan?

Kalau kuibaratkan nih, kata itu seperti peluru, menulis seperti menembak, media menulis (e-book, buku, dsb) seperti senjata. Dan, seperti kata Sayyid Quthb, penulis asal Mesir pernah berkata:

“satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu tulisan bisa menembus ribuan bahkan jutaan kepala”

WOW! Pertama kali kumembaca kutipan ini, semakin excited aku untuk mendalami komunikasi, lebih spesifiknya adalah writing.

Tidakkah kamu menyadari kalau menulis adalah cara terbaik untuk mengomunikasi pemikiran, gagasan, bahkan menjadi sumber penghidupan?

Kesalahan Para Penjual di Internet?

Pengamatanku, kebanyakan dari mereka langsung menjual, tapi membangun persepsi apa yang mereka jual. Mari kita samakan persepsinya, yakni jualan karya mereka sendiri.

Mereka nggak membangun cerita di balik karya tersebut, langsung jual aja.

“200 Hal. Judul: Tentang Masa Kini. Pre-order: Rp. 99.000,- 59K”.

Aku sedang tidak mengkritisi mereka, ya. Aku hanya menampilkan apa yang aku lihat dari hasil pengamatan.

Kembali lagi ke pembahasan, menurutku aktivitas pemasaran di internet, tidak lain dan tidak lebih dari aktivitas mengomunikasikan value yang kita berikan kepada audiens.

Karena konten yang kita update juga bagian dari mengomunikasi personal value kita. Mungkin tanpa kamu sadari.

Makanya penting banget membangun persepsi sebelum menjual, apa pun itu. Karena ini casenya karya, ya penting membangun cerita di baliknya.

Ingat kan?

“inti pemasaran adalah mengubah persepsi”, saat mereka sudah berubah persepsinya, artinya sudah memakai cara berpikir kita, dan kalau sudah begitu mudah sekali untuk membujuk mereka. hehe.

Kalau mau lebih riil (nyata), lihat bagaimana kampanye politik. Kita terkadang menjadi terusik (kalau pilihan kita dipersepsikan buruk), menjadi senang ketika dipersepsikan buruk oleh lawan dari pilihan politik kita.

Nah, sebetulnya itu persepsi.

Apakah realitasnya seperti itu? Belum tau juga. Makanya, sekali lagi penting banget membangun persepsi sebelum menjual. Oke?

“tapi, kak. Itu kan politik, lalu apa yang mereka jual?”

Tentu saja mereka menjual janji. 😀

Effortless Marketing adalah Kunci Keberhasilan Pemasaran di Internet

“Personal Branding itu yang penting dikenal, bukan terkenal” Silih Agung Wasesa dalam Personal Branding Code

Selama dua tahun lebih membangun Impactful Writing, aku tak pernah menyangkan Allah izinkan bisa menghasilkan banyak dampak.

Dampak untuk peserta pelatihan, di antaranya mereka memutuskan untuk hidup dari menulis, bekerja tanpa apply, berkarier sebagai content writer, dan masih banyak lagi jalan yang mereka tempuh.

Omset ratusan juta itu dampak dari manfaat. Dan cara yang tepat mengomunikasikan value.

Nah, buat kamu yang saat ini pengen banget mengubah followers menjadi buyer bahkan customer.

Nantikan, ya. InsyaaAllah aku akan menulis Effortless Marketing: Bagaimana Mengubah Followers Menjadi Buyer dan Customer dengan Satu Hal.

Pengalamanku yang lebih dari 8 tahun, yang isinya memadukan writing + marketing, dan akan menjelaskan satu hal, yakni bagaimana bisa membangun kepercayaan di mata followers, kalau apa yang kamu jual layak dibeli, bahkan mereka ketagihan (menjadi customer).

Kemampuan Menulis Penting Dikuasai?

Aku rasa kamu bisa menyimpulkan sendiri jawabannya.

Karena selain cara memengaruhi orang lain dan mengubah persepsi seseorang, kemampuan menulis juga mencerminkan apa isi kepala seseorang.

Tulisan yang bagus, bermanfaat, bernilai, enak dibaca, berkualitas, berwawasan, dan berdampak akan meningkatkan kepercayaan publik kalau kita seorang yang kompeten. Entah sebagai penulis, atau sebagai objek yang sedang kita tulis.

“maksudnya, Kadika?”

Kalau tulisan kita berkualitas mengenai hukum, kita bisa di-persepsikan seorang ahli hukum. Kalau membahas marketing, ya ahli marketing.

Nah, kabar gembiranya adalah…

…kamu nggak perlu mengalami lebih dari 8 tahun seperti aku, yang menemukan formula menulis yang berdampak, tapi bisa ‘membeli’ pengalamanku lebih dari 8 tahun itu, di Certified Impactful Writer.

Terbukti oleh alumni, banyak yang terbooster secara ikut certified impactful writer. Tentunya, semua itu atas izin Allah.

Ah, udah segitu aja dulu.

Kalau kamu berubah persepsinya menjadi ingin belajar menulis, tandanya kamu penting untuk ikut Certified Impactful Writer. hahaha.

Jabat Erat

About the author

Dwi Andika Pratama

Founder ImpactfulWriting.com | Professional Impactful Writer | Mentor at CertifiedImpactfulWriter.com

1 comment

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Penulis Blog Ini

Dwi Andika Pratama sapaan akrabnya Kadika. blogger sejak 2012. Menjuarai lebih dari 10x Kompetisi Blog. Penikmat Buku Pengembangan Diri dan Marketing. selengkapnya…

Paling Dicari

Kategori

Part of BloggerHub.id

I’M Certified Impactful Writer

I'M Certified Impactful Writer Certified Impactful Writer

Eksplorasi konten lain dari Dwi Andika Pratama

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca