Inilah 3 Kunci untuk Meraih Apa pun yang Kamu Inginkan!

I

Pandemik seperti sekarang ini membuat orang berpikir “bagaimana caranya agar bisa bekerja (menghasilkan) dari rumah?”.

Ada dua acara:

Pertama, punya pekerjaan yang bisa dibawa ke rumah. Apa pun itu yang penting bisa dikerjakan di rumah.

Kedua, punya keahlian yang bisa dikerjakan di rumah lalu dipasarkan melalui online.

Tapi benang merahnya sama, yakni memiliki keahlian yang mendukung industri sekarang.

Saya masih ingat betul apa yang disampaikan Rhenald Kasali dalam Disruption “zaman sekarang nggak ditanya lulusan dari mana tapi bisa apa?”.

Saya lahap habis buku setebal 400an halaman ini. Sebab, saya nggak ingin ketinggalan zaman. Buku Self-driving beliau juga cukup menampar saya yang kebanyakan wacana! WAJIB BACA!

Saya memutuskan untuk mendalami keahlian menulis.

Selain itu juga saya belajar digital marketing, beriklan di facebook, email marketing hingga menulis copywriting.

 

Terbiasa Work From Home Sejak Masuk Kuliah

Sejak awal saya masuk kuliah, saya menjemput rezeki melalui jasa desain web. Agustus 2015, saya baru masuk kuliah. Desember 2015, saya baru belajar bagaimana membuat website menggunakan wordpress dan mendesainnya.

Menariknya januari 2016 saya udah buka jasa desain web. Apa yang saya lakukan? Terus membaca!

Tapi kalau saya mengingat masa ini, saya merasakan pahit ketika client ada yang nggak bayar, ngilang gitu aja. Bahkan ada yang minta revisi terus.

Namanya udah komitmen menghidupi diri sendiri. Maka saya berani aja buka jasa desain web. Terlepas gimana-gimana yang penting menghasilkan aja dulu.

Hasilnya ada beberapa konflik yang bikin emosi, tapi saya tetap sabar. Karena ini berkaitan dengan nama baik pribadi. Bahkan sekelas plat merah aja saya sempat berkonflik. Wkwk. Parah sih ini.

 

Tiga Kunci Ini akan Membuka Pintu yang Selama Ini Kamu Ingikan

Saya merasakan betul ketika saya mulai paham internet marketing, desain web, mulai lebih mudah mendapatkan apa yang saya inginkan (desain web yang saya inginkan kala itu).

Sebab saya belajar secara otodidak nggak tau istilah dan lain sebagainya, saya lebih suka ngulik sendiri.

Saya lebih banyak mendapatkan pembelajaran dari pengalaman. Mau baca tutorial dari buku lama banget. Kadang ada yang nggak relevan.

Ada pun keahlian membuat kita menjadi lebih bernilai. Karena saya bisa menulis, saya bisa menjuarai lomba blog yang hadinya laptop.

Yang paling penting adalah bertanggungjawab 100%. Apa pun yang kamu lakukan kamu mesti bertanggungjawab dan siap dengan segala konsekuensinya.

Itu aja 3 kuncinya, tapi kalau kamu penasaran, boleh dibaca sampai habis.

 

Kunci 1: Pemahaman itu Nggak Bisa Diciptakan Semalaman

Ada beberapa orang yang ingin instan memahami apa aja dibutuhkan di industri sekarang. Mulai dari digital marketing hingga content writing.

“Hmmm… Menarik!”

Itu bagus, menaruh Hasrat untuk memahami itu. Hanya aja sungguh disayangkan, ingin instan. Ya, wajar sih, dulu juga ketika saya di posisi mereka, saya juga inginnya instan.

Apa yang saya dapat?

Rasa kecewa. Karena saya prakteknya sedikit, ingin hasil banyak, ingin langsung wah.

Setelah banyak praktek dan melalui banyak proses dan pembelajaran. Akhirnya saya memahami kalau pemahaman nggak bisa diciptakan dalam semalaman.

Menariknya pemahaman akan tercipta ketika kita banyak praktek dan dapet feedback. Itulah yang saya rasakan ketika belajar desain web.

“dibuat kayak begini gimana ya?”

“duh, pusing juga kok tampilannya jadi berubah gini”

Ada hal yang mesti dilalui, ada rasa sakit yang mesti kita rasakan, ada ketidaknyamanan yang kita mesti lalui.

Saya selalu ingat apa kata Imam Ghazali “untuk mendapatkan sesuatu yang kamu suka, kamu mesti melalui hal yang kamu nggak sukai”.

Artinya ketika kita udah merasakan kenikmatan dan kenyamanan bisa menghasilkan uang dari rumah, artinya kita udah melewati hal-hal yang kita nggak sukai (proses dan pembelajaran) itu. masuk akal?

Saya tipe orang yang praktek dulu baru belajar. Bodoamatlah mau salah juga. Karena saya nggak mau menunggu lama.

Maka terkadang saya kesulitan untuk mengajarkan kembali ke orang lain kalau nggak dibantu mentor saya untuk membedah apa yang saya lakukan.

Sebab, apa yang saya lakukan adalah otodidak. Nggak ngerti istilah desain web saat itu, yang penting “gue kepengen kayak gini, gimana caranya?”.

Sejak saya masuk kuliah tahun 2015, saya berkomitmen untuk menciptakan penghasilan sehari-hari, ya minimal nggak ngerepotin orang tua.

Terwujud di bulan agustus, dimana pertama saya mendaftar kuliah. Saya mendapatkan job membuat blog premium (begitu nama produknya).

Simpel banget, blogspot yang pake themes premium, sebenernya nggak premium amat sih, masih ada credit penciptanya, lalu saya sambungkan dengan domain.com. Dapatlah 250rban, net profit.

Lumayan banget untuk saya yang baru mau masuk kuliah. Itulah pengemasan. Wow. Hanya mengubah persepsi tentang produk itu, orang lain jadi mau beli.

Kembali ke pemahaman.

Sekali lagi untuk bisa menguasai keahlian, kamu mesti paham dulu. Bagaimana kamu akan mempercepat atau memperbanyak keahlian kalau kamu nggak paham apa yang kamu lakukan?

Jangan sampe seperti hamster yang lari di rodanya terus. Woke?

 

Kunci 2: Keahlian adalah Penunjang

Ketika saya membaca buku Rhenald Kasali dan menemukan kutipan itu saya semakin terpacu dan mulai bertanya “apa skill yang bisa saya tajamkan dan menghasilkan?”.

Lalu, saya menyadari kalau pengetahuan aja nggak akan mengubah banyak hal. Karena tau aja nggak cukup, kita mesti bisa.

Sejujurnya saya juga orangnya teoritis, tapi teoritis itu untuk meyakinkan diri dan orang lain ketika banyak bertanya.

Ada pun pengalaman yang saya dapatkan agar semakin yakin apa yang saya ketahui “oh bermanfaat lho”.

Akhirnya saya memutuskan untuk fokus menajamkan keahlian menulis. Saya menulis apa aja yang saya ingin tulis. Bodoamat saya menulis apa. Yang penting menulis.

Menariknya lagi ketika tahun 2016 itu saya pertama kali mendapatkan hadiah dari lomba blog. Saya merasakan kesenangan yang luar biasa. Jadi ketagihan.

“oh yaudah nih, lumayan banget”

Selanjutnya saya mengikuti lomba blog yang saya incar pasti hadiah yang saya butuhkan. Ada uang, ada kamera, ada gagdet, hingga laptop.

Bersyukurnya saya bisa mendapatkan laptop dari lomba blog. Wah bersyukur banget. Haha. Ini saya gunakan untuk menulis. Terima kasih Acer dan Youthmanual (sekarang Rencanamu).

Keahlian yang saya miliki hardskill dan softskill. Selain bisa menulis, saya cukup komunikatif. Jangan salah lho, karena ada aja orang yang tiba-tiba gugup ketika bertemu yang nggak biasa dia temui. Hadeuh.

Oke. Jadi, keahlian apa yang kamu akan kuasai ketika masa krisis seperti ini?

 

Kunci 3: Bertanggungjawab adalah Pondasi

Menarik lagi ketika saya belajar internet marketing banyak isu yang beredar yakni menjual ecourses untuk menghasilkan lalu ketika nggak menghasilkan yang disalahkan adalah yang membuat ercoursesnya. Kan konyol sekali.

Ibarat kamu sekolah atau kuliah tapi nggak ada perubahan dalam hidupmu. Masa mau menyalahkan rektor.

“Dear, bapak rektor yang terhormat. Bagaimana dengan nasib saya? Saya udah mengeluarkan uang puluhan juta, kenapa saya masih belum berkelimpahan kekayaan?”

Kata Rektor

“emang gue pikirin!”

Wkwkwk.

Di sinilah pentingnya kita mengambil tanggungjawab dalam hidup kita. Saya masih ingat betul apa yang disampaikan Jack Canfield di Success Principle “bertangungjawab 100% atas hidup kita”.

Masa ketika kita udah belajar yang disalahin yang menyelenggarakan. Konyol sekali. Dan kalau kamu menyalahkan apa yang kamu beli atau dapatkan, sungguh di situlah kamu terhenti mengalami perubahan.

Sebab, perubahan terjadi bukan dari luar tapi dari kesadaran kita. Kamu sendiri mungkin agak mikir dua kali kalau nggak paham atau nggak ada dorongan untuk melakukan?

Tapi kalau bangkit dari kesadaran seperti “ah, kayaknya gue mesti banyak baca nih”. Berbeda halnya kalau orang lain yang ngomong tapi kamunya masih males “woy, baca buku ini, keren banget!”.

Kamu mungkin berpikir “ah apaan sih, nggak jelas amat!”

Bertanggungjawab itu pondasi, kawan. Di mana ketika kamu membangun sebuah rumah, yang mesti pertama kali diperhatikan adalah pondasi.

Kalau soal tanggungjawab kamu akan dialihkan, bagaimana kegagalan, ketidaknyamanan akan terjadi dan akan dialami oleh kamu?

So, apa pun yang terjadi kamu mesti bertanggungjawab. Bukankah kamu udah memilih di awal? Jadi, ngapain mesti menyesal?

About the author

Dwi Andika Pratama

Founder ImpactfulWriting.com | Professional Impactful Writer | Mentor at CertifiedImpactfulWriter.com

7 comments

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Penulis Blog Ini

Dwi Andika Pratama sapaan akrabnya Kadika. blogger sejak 2012. Menjuarai lebih dari 10x Kompetisi Blog. Penikmat Buku Pengembangan Diri dan Marketing. selengkapnya…

Paling Dicari

Kategori

Part of BloggerHub.id