Kenapa Dua Kemampuan Ini Penting Kamu Miliki?

Saya terbiasa membuka buku secara acak, kemarin saya membuka buku Leo Babauta yang berjudul The Litle Book of Contentment.

Saya menemukan suatu statement yang menarik, yakni orang lain bukan masalah kita.

Mungkin kamu pernah ketika orang lain bertindak tidak sesuai harapan. Dan memberi respon seperti: marah, benci, atau kehilangan respek? Terkadang saya juga ikut kepancing suasana, jadinya gedeg dan hilang respek.

Padahal kalau dalam buku Filosofi Teras tindakan orang lain adalah di luar kendali.

Ya, namanya suka hilaf dan masih proses berlatih. Saya suka merespon “ah, males gue”. Padahal semestinya biasa aja. atau kita bete tapi nggak berlarut-larut.

Kalau sikap kita jadi tergantung respon orang lain, seperti “ah, gedeg banget gue karena dia telat”. Jadinya kita menggantungkan tindakan orang lain dengan kebahagiaan kita.

Ini kan karena kita berekspektasi orang yang akan pergi bersama kita bisa tepat waktu. Iya gak? Dan kita meresponnya dengan badmood, bahkan kesel.

Padahal kita punya opsi lain untuk merespon. Cuman butuh latihan aja.

 

Kita Semua Belajar

Tak perlu sedih saat belum bisa mengendalikan diri secara sempurna. “ah, mestinya gue bisa begini. Ah nyesel kan gue?”.

Kalau kata Putu Yudiantara penulis Hitler Effect “jangan marah atas kemarahan yang kita alami. Karena itu yang membuat marah kita menjadi besar”.

Makanya Leo Babauta menyampaikan mindset “kita semua belajar”. Saat kita belum bisa mengendalikan respon kita, kita sedang belajar untuk itu.

 

Semua Peristiwa Netral, Kitalah yang Memberi Arti

Setiap kejadian sebenarnya netral. Bagaimana kita memberi arti terhadap kejadian itulah yang memberikan muatan emosi. Bisa positif (rasanya nyaman) atau negatif (rasanya nggak nyaman).

Misalnya aja kita belum mengenal seseorang, lalu yang terlihat oleh kita adalah ekspresi wajahnya bete. Emang bawaannya begitu. Bukan bete sama kita.

Terus kita jadi buru-buru menyimpulkan “ah, dia orangnya nggak asyik”. Padahal kita belum pernah interaksi.

Ada pun kita suka overthinking berlebihan. Padahal yang kita pikirin nggak bisa memberikan respon. Kita jadi gelisah karena terlalu berpikir negatif yang berlebihan.

Kita nggak bisa bikin orang lain melakukan apa yang kita inginkan. Maka yang kita mesti kendalikan adalah apa yang kita katakan ke diri sendiri.

Kalau udah mulai ada pertanyaan “bagaimana kalau…” dan berlapis. Tanda kita akan overthinking terhadap sesuatu.

Bukan kamu aja kok, saya pun terkadang overthinking. Cuman saya segera menyadari kalau ini adalah pikiran negatif yang berlebihan.

 

Jadi, Apa Dua Kemampuan Itu?

Kalau bisa disimpulkan, hanya dua kata aja: respon dan reframing.

Bagaimana kita merespon adalah hal yang paling penting. Mungkin orang lain akan biasa aja kalau kita meresponnya biasa aja.

Kalau kita ngegas, orang lain juga ikutan ngegas, yaudah jadilah meleduk. Haha. Selain itu, penting juga memiliki seni membingkai makna atau memberi arti, yakni reframing.

Saya sendiri banyak belajar dari buku Reframing: Kunci Hidup Bahagia 24 Jam Sehari. Karena sebenarnya dunia luar biasa aja, yang sibuk itu dunia internal kita.

Makanya yang pertama kali mesti kita sadari adalah self-talk. Karena self-talk ini sangat berpengaruh ke perasaan dan pikiran kita. Sekali aja kita mengizinkan untuk dikendalikan. Ya, bisa tiba-tiba merasa down.

Kenapa? Karena menurut penelitian San Fransico tahun 1984 dalam Terapi Berpikir Positif. Kita berpikir sehari mencapai 60000 pikiran, 48000 di antaranya pikiran negatif.

Terkadang kita mesti menyengajakan agar kita mengarahkan pikiran kita. Jadi kenapa dua kemampuan ini penting untuk kamu miliki? Tentu saja untuk lebih bisa mengendalikan diri.

Bagaimana pendapatmu? 🙂

About the author

Dwi Andika Pratama

Founder ImpactfulWriting.com | Professional Impactful Writer | Mentor at CertifiedImpactfulWriter.com

3 comments

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

  • Setuju dengan tulisan ini, kemampuan mengendalikan diri dalam setiap peristiwa yang kita hadapi adalah respon dan reframing.

    Ketika ada masalah, bagaimana kita merespon dan memberi makna pada hal tersebut. Kadang sikap overthinking yang kita miliki terlalu mampu menyakiti mental secara perlahan apabila kita tidak bisa mengendalikannya.

    Terima kasih Kadika, setidaknya ada beberapa judul buku untuk dibaca bulan depan nih..

Penulis Blog Ini

Dwi Andika Pratama sapaan akrabnya Kadika. blogger sejak 2012. Menjuarai lebih dari 10x Kompetisi Blog. Penikmat Buku Pengembangan Diri dan Marketing. selengkapnya…

Paling Dicari

Kategori

Part of BloggerHub.id