Benarkah 2025 Sulit Dapat Kerja? Menilik Peluang di Balik Ketidakpastian

“Defaultnya rezeki itu unpredictable dan unlimited.” – The Science of Wealth

Semasa pandemi kita menyaksikan beberapa perusahaan raksasa tumbang, tak mampu menghadapi badai pandemi.

Belum lagi yang terakhir PT Sritex, yang mem-PHK seluruh karyawannya, karena memang pailit hutang yang tak terselamatkan.

Pertanyaannya, “apakah sekarang (2025) susah dapat kerja?”

Sebuah pertanyaan asumsi yang melemahkan motivasi kita, membuat kita jadi pesimis, merasa gusar,

…kalau nggak disadari dengan baik, mental kita akan terus tergerus dengan asumsi yang melemahkan itu.

Kadika nggak akan menyajikan data, tapi akan menyajikan asumsi atau pandangan untuk meng-counter asumsi yang melemahkan tersebut.

Karena data yang Kadika hadirkan belum tentu membuat kamu antusias, atau merasa lebih baik.

Karena belum tentu bisa juga baca datanya. Atau tahu cara menjadi bagian dari data tersebut.

“Jadi, apa mindset yang tepat Kadika?”

Teruslah membaca, sebentar lagi kamu akan merasa optimis, seperti secercah cahaya yang masuk menyelinap di balik lubang kecil.

 

Mindset Cari Kerja itu Jadul, Perlu Diupgrade Biar Kompetibel

“Duh, sekarang susah banget cari kerja, ya?” ujar dari salah satu netizen yang kutemui di salah satu komentar.

Sebenarnya bukan susah kerja, tapi untuk mendapatkan pekerjaan sekarang makin kompetitif.

Perusahaan makin selektif mendapatkan talent yang kompeten buat bekerja menyelesaikan masalah mereka.

Kadika masih inget banget apa yang disampaikan dalam salah satu video konten di Instagram @techinasia tahun 2019, bahwa, “perusahaan mencari talent yang siap menyelesaikan masalah mereka.”

Karena masalah perusahaan makin kompleks, maka diperlukan seseorang yang bukan saja andal—punya kompetensi lebih dari satu, tapi juga berkarakter—punya attitude yang baik.

Boleh jadi di tahun 2014/2015 masalah perusahaan belum se-kompleks sekarang pasca pandemi. Saat itu juga banyak talent yang andal dan berkompeten.

Setelah 10 tahun ke depan, lowongan kerja nggak bertambah banyak, tapi masalah makin kompleks, juga talent yang siap kerja juga banyak.

Kalau Kadika libatkan ChatGPT dalam menganalisis, perbandingannya 1:58, artinya 1 lowongan pekerja diperebutkan 58 fresh graduate tahun 2024.

Bayangin, itu tahun 2024, belum ditambah dengan tahun-tahun sebelumnya. Mungkin makin banyak lagi.

Maka, sebenarnya ubah mindset jangan lagi berpikir mencari kerja, karena itu udah jadul, nggak kompetibel.

“Wah, kok begitu, sih, Kadika?”

Oke, Kadika tahu ini sudut pandang yang nggak semua orang siap menerimanya, nggak apa-apa,

…sudut pandang ini akan bermanfaat buat mereka yang siap menghadapi perubahan.

Sekarang di balik kita ingin bekerja di perusahaan apa, sih?

Oke, kepastian gaji.

Tapi, ada nggak cara untuk terus berpenghasilan?

Pasti ada, iya?

“Iya, bener, terus solusinya apa Kadika?”

Solusinya adalah mengubah mindset, jangan cari kerja, tapi cari peluang.

Ya, PEL-UANG.

Karena untuk tetap berpenghasilan, banyak cara, banyak jalan. Tinggal kita mau nggak buat mencari peluang itu.

Di bagian berikutnya, Kadika akan share, cara bersikap yang tepat untuk menghadapi ketidakpastian ini.

“Tapi, kan, gaji itu bikin kita tenang, karena pasti setiap bulan!”

Bener, memang bikin kita tenang, tapi siapa yang jamin akan terus bekerja di perusahaan tersebut?

Karena rasa tenang dan nyaman bekerja di perusahaan itu persepsi.

Tiba-tiba ada lay-off, atau seperti pandemi kemarin, buat yang nggak siap, akan terpuruk, tapi kalau yang siap, akan terus bergerak mencari peluang.

Kenapa peluang itu tak terbatas?

Masih ingat kutipan di awal tulisan ini? Bahwa defaultnya rezeki adalah unlimited dan unpredictable.

Karena nggak pasti, maka berpotensi tak terbatas. Tinggal kitanya mau mencari atau mencipta peluang.

Untuk bisa bertahan dan bertumbuh di tengah ketidakpastian kamu butuh sikap…

 

Kunci Menghadapi Ketidakpastian adalah Bersikap Fleksibel

Kadika memaknai ketidakpastian ini malah mendatangkan banyak peluang, bahkan tak terbatas, tinggal kita mau atau nggak buat jemput peluang tersebut.

Skema bekerja sudah berubah, kawan. Kita perlu menggeser cara berpikir.

Kalau kita masih berpikir bekerja di perusahaan atau instansi adalah keharusan dalam mencari penghasilan, mental kita akan tergerus ketika belum dapat pekerjaan.

Padahal dengan zaman ketidakpastian ini, kita melihat banyak skema kerja yang bisa kita upayakan, mulai dari:

Freelance, part time, dikontrak, dibayar per-project, remote working, commission-based, dsb.

Jadi, kita perlu menggeser cara berpikir cari kerja, menjadi cari peluang. Kita perlu fleksibel untuk tetap berpenghasilan.

Bukankah yang berpenghasilan pasti melakukan pekerjaan?

Terkadang kita itu mikir enaknya aja, gengsi dan ego kita menutupi peluang tersebut.

Kalau mau enak kayak kerja remote, ya, upgrade skill dong, jangan berpangku tangan.

 

Belajar dari Temannya Kyla

Bulan November 2024 lalu, Kadika menyempatkan waktu untuk pergi ke Pekalongan. Ya, untuk bertemu teman hati dan keluarganya. Hahaha…

Tapi, kendalanya di Pekalongan itu hotel-hotelnya nggak ada yang murah, definisi murah itu di bawah 300 ribu, ya.

Hingga Kyla, menawarkan bantuan untuk order di temannya, sebut saja Nabila.

Jadi Nabila ini agen hotel, yang menggunakan aplikasi booking.com, yang lebih menarik adalah aku mendapatkan harga hotel yang lebih murah dibanding yang di aplikasi lain.

Apa lagi sudah dapet sarapan. Hahaha. Enak banget, dong.

Nggak perlu ribet nyari sarapan pagi-pagi, meski ternyata di dekat hotel banyak yang jual sarapan. Wkwk.

Aku jadi kepikiran apa yang Nabila lakukan ini adalah bersikap fleksibel untuk berpenghasilan. Maka hadirlah tulisan ini.

Ada hal lain yang dia lakukan, seperti arisan iPhone. Ada idenya, apresiasi buat Nabila. 🫡

Ya, kalau kita nggak terjebak pada skema bekerja 9-5, ya, banyak peluang yang kita bisa lakukan.

Kalau pengen bekerja atau ngejobs sesuai keinginan, ya, miliki kompetensi, reputasi, dan skill marketing.

Karena itu yang bisa kita upayakan agar bisa menjalani pekerjaan yang sesuai yang kita inginkan.

 

Inti dari Kelas Law of Unpredictable

Pada akhir Juli tahun 2023, aku memutuskan untuk belajar di kelas Law of Unpredictable yang dipandu oleh Arif Rh, penulis buku Kitab Ilmu Vibrasi dan Holistic Life.

Intinya, kalau kita fokus ke hasil, cara akan tak terduga. Kalau fokus ke cara, hasilnya tak terduga. Tinggal pilih. Mau fokus ke hasil atau cara.

Nah, kalau dihubungkan dengan cari kerja, cari kerja ini kan fokus ke cara, yang hasilnya adalah adanya penghidupan—gaji.

Karena maksain caranya dapat gaji adalah dengan cari kerja, maka efeknya stres. Udah maksain hasil, maksain cara juga. Hehe.

Ada kutipan yang menginspirasi di kelas LoU ini, yakni perkataan Werner Heisenberg:

“Semakin tepat Anda mengukur posisi sebuah partikel, semakin tidak tepat Anda dapat mengetahui gerakannya (momentum atau kecepatan).

Begitu pun sebaliknya, ketika tahu pergerakannya, Anda tidak tahu di mana posisi awalnya.”

Kelas ini cukup berkesan untukku, namun sayang, itu adalah batch terakhir yang dibuka.

Jadi kalau kamu ingin ikut, udah nggak bisa, tapi kamu baru aja mendapatkan inti dari kelas tersebut.

Lanjuuut…

 

Meski Kuliah, Sejak 2015, Tak Pernah Menganggur

Sejak awal aku memutuskan untuk menghasilkan, dari mana saja.

Mengingat kuliah dibiayai orangtua, maka untuk penghidupan sehari-hari mesti dari sendiri.

Ada saja jalannya, mulai buka jasa blog premium, affiliate, jasa titip beli buku, lomba blog, jualan produk, dropship. Semuanya dicoba selama menghasilkan, ya, lanjutkan.

Ternyata tanpa sadar, apa yang aku lakukan sejak 2015, menerapkan Law of Undpredictable. Wkwkwk, gokil!

Jadi agar terus bisa berpenghasilan, ya, selain fleksibel, juga mempersiapkan diri, ibarat mau ngojol—narik ojek online—perlu motor, bisa mengendarai motor, punya hape, dan punya akun ojolnya.

Maka kalau kita pengen terus relevan, penting menguasai skill yang jadi ‘alat kerja’ kita sehari-hari.

 

Upgrade Diri agar Kompatibel dengan Zaman

Apa pun skema kerja yang Kadika jalani sejak 2015, bahkan bisa direkrut perusahaan—atas izin Allah—ada ‘alat kerja’ yang melekat pada diri Kadika.

“apa itu?”

Writing skill.

Tapi, bukan sekadar writing skill biasa, tapi writing skill yang bikin tulisannya hidup, bernafas, dan menggerakkan seseorang secara smooth.

Bukankah itu yang perusahaan inginkan?

Jadi flashback, di tahun 2019, bisa closingin produk 20 juta melalui email. MasyaaAllah…

Kalau kamu pengen upgrade punya ‘alat kerja’ yang kepake sampe kapan pun dan untuk identitas apa pun, Kadika merekomendasikan ikut Certified Impactful Writer.

Bukan sekadar bisa menulis, tapi kamu bisa menulis dengan spirit, yang bisa menularkan antusias, karena ini yang penting dalam sebuah tulisan.

Ruh-nya tulisan adalah spirit penulisnya.

Meski ChatGPT bisa menulis dengan humanis dan autentik—bila dilatih dengan baik. Hasilnya tetap ‘kering’ butuh sentuhan spirit kamu.

Spirit ini yang menggerakkan seseorang, menginspirasi, mind blowing, bikin ketagihan, dan segala bentuk rasa yang dirasakan oleh pembaca.

Nah, sudahkah menguasai skill menulis yang bisa menularkan antusiasme? ☺️


Jaga blog ini tetap bebas iklan yang mengganggu.

×

Scan QRIS untuk apresiasi:

QRIS Apresiasi

1 komentar untuk “Benarkah 2025 Sulit Dapat Kerja? Menilik Peluang di Balik Ketidakpastian”

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

error: Content is protected!
Scroll to Top

Eksplorasi konten lain dari Dwi Andika Pratama

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca