Ternyata Ini Life Purpose yang Benar, Apa Selama Ini Kamu Salah Paham?

“Tujuan hidup—life purpose—itu untuk dijalani, bukan untuk dicapai.” ~ Ali Zaenal Abidin

Kemarin, 19 juli, aku memutuskan untuk tetap berangkat, meski kondisinya mager,

…tapi karena butuh insight buat penyegaran, Kadika tetap on the way pergi ke book talk Uncover Your Unique Purpose yang diselenggarakan di Gramedia Jalma.

Ini pertama kali bertemu dengan Bang Ali (begitu sapaan akrabku kepadanya), dan memang nggak ada rencana sebelumnya, meski aku udah liat Bang Ali share info tersebut.

Tapi, aku tak kunjung daftar juga, wkwkwk, setelah daftar di pagi hari, sampailah aku di tempat book talk.

Dan, aku dapat voucher potongan 50rb buat semua pembelian buku di Gramedia Jalma dan voucher 10% buat ngopi di Kopi Aloo.

voucher gramedia jalma dan voucher kopi Aloo

Salah Paham dengan Tujuan Hidup

Kalau selama kita mengetahui tujuan hidup itu adalah pencapaian, sepertinya perlu membaca buku Hidup Mau Apa? dan Uncover Your Unique Purpose.

“lho, kenapa begitu, Kadika?”

Dulu, juga Kadika memandang bahwa tujuan hidup, adalah sesuatu yang dicapai. Padahal itu namanya life goal, bukan life purpose.

Life purpose versi bang Ali, ya, tujuan hidup itu dijalani bukan dicapai.

“duh, masih belum paham Kadika… boleh jelasin biar lebih mudah?”

Boleh, misalnya kita ambil contoh bang Ali sendiri, ya, tujuannya bang Ali itu membantu orang lain agar punya tujuan hidup.

Jadi, selama hidupnya bang Ali akan menjalani tujuan hidup ini, dari sekarang hingga nanti, karena tujuan hidup ini adalah panggilan jiwanya bang Ali.

Nah, inilah kenapa bang Ali menyampaikan lagi dalam buku Hidup Mau Ngapain? dan book talk kemarin.

“Life purpose ­≠ profesi.”

Kalau versi lengkapnya di buku Hidup Mau Ngapain? “jangan batasi diri tujuan hidup dengan satu profesi. Karena itu artinya kamu membatasi potensimu sendiri.”

Di sela menjawab pertanyaan, bang Ali mengaku udah nggak peduli title atau job yang disematkan kepada dirinya, karena satu tujuan hidup, bisa banyak caranya menjalaninya.

Bisa coach, mentor, penulis buku, trainer, dan lain sebagainya yang mendukung tujuan hidup itu terjalani dengan baik.

Menurutku, kenapa hidup ini perlu ditemukan tujuannya, biar hidup ini terasa (lebih) bahagia, nikmat, meaningful, dan merasa berarti.

Tapi, bahagia bukanlah tujuan hidup, tapi efek dari menjalani tujuan hidup.

Karena kalau tujuan hidup kita bahagia, ya, kita mudah sekali goyah karena kondisi yang tak ideal untuk bahagia.

“kok begitu begitu sih Kadika? Terus bagaimana biar bisa merasakan efek bahagia ini?”

Teruslah membaca, Kadika akan membagikan pemahaman ini biar kamu merasakan excited seperti yang Kadika rasakan.

Beli buku uncover your unique purpose

Tujuannya Kita Diciptakan

Ini pembahasan dalam konteks menjalani hidup, ya, untuk konteks agama bisa didapatkan di luar ini. 😀

Bang Ali memberikan perumpamaan, “kacamata ini siapa yang paling besar dirasakan manfaatnya?”

Para peserta kompak menjawab, “ya, penggunanya.”

Karena tidak ada ciptaan apa pun yang tujuannya untuk penciptanya, tapi untuk others.

Ciri-ciri tujuan hidup itu, memiliki dampak atau kebermanfaatan yang besar terhadap diri sendiri dan orang lain.

Juga kita memiliki kepedulian besar terhadap topik atau isu yang kita ingin jalani.

Jujur, sampai hari ini, Kadika masih terus bertanya, bagaimana cara content writer bisa independen secara finansial. Meski sudah ada, cuman butuh cara yang lebih praktis lagi.

Kalau bang Ali ini, dia suka film, tapi tidak menaruh peduli pada dunia atau industri film, sekadar suka doang.

Proses menemukan tujuan hidup ini perlu libatkan rasa atau jiwa kita, karena ini yang terkoneksi dengan tujuan hidup kita.

Sampai di sini kebayang, ya?

book signing uncover your unique purpose

Hidup yang Bermakna, Hidup yang Bertumbuh

Tujuan hidup ini nggak keliatan wujudnya, tapi menghidupkan hidup seseorang.

Ketika Bang Ali berkata, “tujuan hidup itu ada untuk kebermanfaat orang lain”, artinya ketika kita menemukan life purpose, hidup kita banyak manfaatnya buat orang lain.

Kamu mungkin ingat apa yang pernah Kadika tulis di Money Mindset for Writers, “uang adalah manfaat yang mereka dapat.”

Berpotensi untuk memiliki (banyak) uang dari menjalani misi hidup, karena dengan kita menjalani tujuan hidup, kita jadi bertumbuh, dan ini yang bikin kita bahagia.

“Oh, iya juga, yah, bahagia adalah akibat dari menjalani misi hidup, ya? Lalu apakah langsung berdampak pada finansial?”

Ya, belum tentu kata bang Ali. Karena ada yang langsung, ada proses, ada yang bertahap.

Jadi langsung dijudge ketika belum ada penghasilan dari menjalani misi hidup. Okey?

nulis di tomoro kopi shop

Mempraktikkan Apa yang Bang Ali Katakan

Bang Ali berkata, hidup kita dipengaruh keputusan-keputusan kecil, nah, keputusan-keputusan ini juga dipicu tujuan hidup.

Kalau seseorang tersebut nggak tahu tujuan hidupnya ngapain, bisa dipastikan keputusan-keputusannya berdasarkan kondisi eksternal saja.

Ingat Kadika mager buat otw Gramedia Jalma? Tapi karena niat yang kuat buat menjemput insight, ya, gas saja.

Nah, kata bang Ali keputusan yang kita buat dipengaruh emosi kita, lebih tepatnya kecerdasan emosi kita. Makin cerdas seseorang mengelola emosi, makin baik dalam mengambil keputusan.

Ketika kemarin mau langsung pulang aja, padahal dari rumah udah niat mau nulis ebook terbaru Impactful Writing.

Karena aku putuskan nggak jadi pulang ke rumah dulu, pengen nulis dulu, karena sudah niat di awal pengen nulis, alhasil rasa ngantuk dan lelah hilang seketika. Keren, ya? Wkwkwkwk…

Lumayan ada draft yang bisa segera dituntaskan dan open pre-order.

Jadi, sekarang Kadika juga mau merefleksikan diri, apa sebenarnya tujuan hidup Kadika.

Kalau mengkalibrasi dengan ChatGPT, ternyata bukan membantu orang bisa menulis, wkwkwk. Nanti saja deh kalau sudah benar-benar ketemu

Semoga bermanfaat.

Update: 22 Juli 2025

Jadi tulisan ini selesai 20 Juli 2025, karena belum ‘klik’ di hati buat rilis, akhirnya aku tahu kenapa nggak pengen langsung rilis, karena aku baru aja menemukan life purpose.

MasyaaAllah, kemudahan petunjuk dari Allah, sebelum-sebelumnya lupa minta petunjuk ke Allah. Alhasil pusing dan nggak berkesan.

Sebelum Kadika spill apa life purpose, Kadika pengen menceritakan betapa Allah akan selalu mengabulkan doa untuk minta petunjuk.

Salah satunya ada program Am[ai]zing Writing ini petunjuk dari Allah, karena otak makin mikir, makin pusing, malah nggak keluar idenya.

Mind blowing banget ketika menemukan padanan kata Am[ai]zing yang isinya emang perpaduan skill menulis + ChatGPT (AI).

Oke, jadi…

Life purposeku: mengajarkan skill menulis untuk hidup.

Apa yang aku ajarkan di Impactful Writing bukan sekadar menulis, tapi bagaimana skill tersebut bisa berdampak kepada kehidupan dan karier mereka.

Bukan sekadar bisa, tapi juga berdampak. Kalau kata Joe—asisten ChatGPT Kadika— begini:

CIWCertified Impactful Writer: bukan cuma sertifikasi, tapi proses membekali hidup lewat skill menulis;

CFWCertified Effortless Writer: bantu mereka tetap menulis secara otentik meski dunia berubah;

AMWAm[ai]zing Writing: bantu pemula “menyalip dalam diam” lewat AI & struktur berpikir;

Ebook kamu: bukan cuma info, tapi selalu ada pancingan aksi;

Konten viral: selalu ngajarin sesuatu yang bikin hidup orang jadi lebih efisien, lebih sadar, atau lebih kuat.

Dan bekerja terlama sepanjang hidupku, ya, di Impactful Writing, tahun ini memasuki tahun ke-6, dengan segala rintangan yang ada, aku tetap mencintai pekerjaan ini.

Terima kasih bang Ali, ternyata memang Allah menguatkan langkahku pergi ke book talk, dengan niat mendapatkan insight, Allah ingin tahu misi hidupku lebih jelas.[]

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

error: Content is protected!
Scroll to Top