“The meaning of life is to find your gift. The purpose of life is to give it away.”
— Pablo Picasso
Kamu ngerasa nggak, hidup ini kayak… pengen banget sukses, tapi bingung harus mulai dari mana?
Udah ikut kelas ini-itu, baca banyak buku, scroll konten motivasi tiap hari.
Tapi kenapa rasanya kayak muter-muter aja? Kayak ada sesuatu yang nyangkut, tapi nggak kelihatan?
Apalagi kalau kamu udah sadar bahwa kamu tuh sebenernya punya potensi.
Ada hal yang kamu bisa lakuin lebih baik dari orang lain. Tapi sayangnya, kamu belum bisa jawab satu pertanyaan penting ini:
“Potensiku tuh sebenernya… apa, sih?”
Padahal ya, sadar atau nggak, semua orang yang sukses itu bukan cuma kerja keras tapi mereka kerja selaras sama potensi dan jalur yang sesuai. Nah lho.
Tes Bakat Itu Kayak Google Maps-nya Hidup
Bayangin kamu mau ke tempat yang belum pernah kamu kunjungi.
Gak ada peta, gak ada petunjuk. Kamu bisa aja sampai, tapi ya siap-siap nyasar dulu.
Nah, tes bakat itu ibarat Google Maps-nya karier dan hidup kamu.
Kamu jadi tahu:
- Arah yang paling cocok buat kamu tempuh.
- Jalan mana yang cepet, mana yang bikin kamu muter-muter doang.
- Apa yang perlu kamu hindari, dan apa yang bisa kamu manfaatkan.
Kebayang kan, orang yang tahu bakatnya lebih dulu—pasti lebih pede buat ambil keputusan. Mereka juga lebih gampang klik sama kerjaan, karena kerjanya sesuai jalur.
Kadika sendiri percaya, yang bahagia itu bukan yang paling sibuk, tapi yang memaksimalkan bakatnya.
Bakat itu bukan sekadar potensi. Bakat itu bahan bakar.
Kalau kamu punya mobil sport tapi diisi solar, ya… mesinnya ngambek. Wkwkwk…
Maksimalin Bakat = Bikin Jalan Sendiri
Kadang kita sibuk ngelihatin orang lain:
“Dia kok cepet banget sukses?”
“Dia enak ya, udah punya jalan sendiri.”
Padahal, bisa jadi dia sukses bukan karena ikut jalan orang lain, tapi karena dia nemu jalan sendiri lewat bakatnya.
Kalau kamu udah tahu bakatmu apa, kamu nggak akan terlalu terganggu liat lajur hidup orang lain.
Karena kamu sadar, masing-masing orang tuh udah punya jalurnya sendiri.
Dan di jalur itu, kamu bisa ngebut tanpa drama, tanpa overthinking, tanpa ngerasa “salah tempat.”
Bayangin tiap hari kamu kerja, belajar, atau bikin sesuatu yang emang kamu suka, kamu bisa, dan kamu nikmati.
Gak heran sih, kalau yang begini ujungnya bukan cuma produktif, tapi juga menghasilkan.
Kadika Pun Pernah Salah Jalur (Dan Mundur)
Kadika mau jujur ya…
Dulu pernah nyobain banyak hal. Dari dropship produk orang, sampe jasa web design.
Kelihatannya oke, tapi… kok nggak sreg? Kok capek terus? Kok rasanya kayak “dipaksa” gitu?
Setiap kali ngejalanin, selalu ada dorongan buat… mundur pelan-pelan.
Akhirnya Kadika sadar:
Bukan karena gak berbakat jualan. Tapi gak klik aja jualan produk orang lain.
Kadika lebih cocok bikin produk sendiri, dari ide sendiri, lalu dijual sendiri.
Dan bener aja, energi yang dikeluarin sama, tapi hasilnya beda.
Beda banget.
Kuncinya ternyata bukan soal kerja keras, tapi kerja selaras.
Dan buat tahu apa yang selaras, harus tahu dulu bakatnya.
4 Tes Bakat yang Bisa Kamu Coba (Dan Kadika Rekomendasikan)
Nah, ini dia 4 tes yang menurut Kadika patut kamu coba kalau lagi nyari arah hidup:
1. MBTI (Myers-Briggs Type Indicator)
Tes ini populer banget dan bisa ngasih kamu gambaran soal cara kamu berpikir, membuat keputusan, dan berinteraksi.
Tipe kayak ISTP, ENFP, INTJ itu bukan sekadar huruf—tapi gambaran cara kerja otakmu.
2. STIFIn
Salah satu tes yang lebih ringkas, fokus pada mesin kecerdasan dominan kamu.
Kamu bisa tahu apakah kamu Sensing, Thinking, Intuiting, Feeling, atau Insting.
STIFIn membantu banget buat nentuin cara kerja yang paling efektif dan nyaman buat kamu.
3. Talents Mapping
Kalau kamu pengen hasil yang lebih mendalam dan actionable, ini juaranya.
Tes ini bisa bantu kamu ngerti 7 bakat dominanmu (termasuk hidden talents), dan gimana cara memanfaatkannya secara strategis.
4. Temperament (Personality Plus)
Ini mungkin kelihatan klasik, tapi masih relevan.
Kamu bisa tahu kamu cenderung Sanguine, Melancholic, Choleric, atau Phlegmatic.
Berguna banget untuk mengenali pola komunikasi dan cara kamu membangun relasi.
Masing-masing tes ini punya kekuatan sendiri. Tapi apapun yang kamu pilih, yang paling penting adalah kamu belajar mengenali dirimu sendiri.
Karena dari situlah semua arah dimulai.
Bakat Berkaitan Sama Misi Hidup
Kamu pernah ngerasa gak sih… kayaknya hidup ini harusnya ada yang lebih?
Kadika percaya, itu tanda kamu lagi butuh ketemu misi hidupmu.
Dan salah satu kunci pentingnya? Bakat.
Bakat itu bikin hidup kamu lebih effortless.
Bukan berarti gak kerja keras, tapi kamu bisa lebih mengalir, lebih berarti, dan lebih gampang dapet hasil dibanding kalau kamu maksa jalur yang bukan milikmu.
Tapi jangan salah, bakat itu bukan hadir langsung jago.
Dia perlu ditemukan, diasah, diuji, dan dipraktikkan.
Baru deh dia bersinar.
Cara Terbaik Mengomunikasikan Bakat: Tulis Aja Dulu
Sekarang kamu udah kenal bakatmu, terus gimana biar orang tahu?
Jawabannya simpel tapi powerful: tuliskan.
Menulis itu bukan cuma buat penulis.
Tapi buat siapa aja yang pengen:
#1. Menyampaikan gagasan:
Kamu punya insight, pengalaman, atau ide menarik?
Kalau kamu bisa nulis, kamu bisa bikin orang ngeh dan terpikat.
#2. Meyakinkan orang lain (menjual):
Apakah kamu freelancer, pebisnis, atau orang yang pengen dikenal?
Copywriting—kemampuan menulis untuk menjual—itu alat wajib.
Kadika sendiri jualan program, ebook, sampai membership semua lewat tulisan.
Gak harus jago dari awal. Tapi punya skill menulis itu kayak punya pisau serbaguna.
Mau kamu bikin blog, carousel, email, atau pitch deck—semua bisa.
“Your talent is God’s gift to you. What you do with it is your gift back to God.”
— Leo Buscaglia
Dan ingat…
Punya bakat tanpa komunikasi itu kayak punya harta karun yang dikubur.
Makanya, komunikasiin bakatmu lewat tulisan.
Dan kalau butuh tempat belajar menulis dengan skill yang selaras sama potensi kamu—Kadika udah siap bantuin di Impactful Writing.
Siap temuin maps-mu sekarang juga? 😁
Mau berkontribusi lewat tulisan yang ada di dwiandikapratama.com ini? Bisa ikut kontribusi via QRIS di bawah 👇🏼
Scan QRIS untuk Berkontribusi:

Blogpost ini ditulis asisten Kadika, Joe.
Mau bisa? Belajar AI Content Writing dari Nol!