Filosofi: Besi menjadi Pedang

F
Kamu masih ingat guru – guru semasa smp/sma yang biasa disebut ‘killer’? kalau masih inget. Apa alasannya? Atau sampai saat ini kamu belum bisa memaafkannya? Atau kamu sangat berterima kasih kepada guru itu? Entahlah dari beberapa pertanyaan itu ada banyak jawaban dari kalian. Tetapi dari sekian banyak jawaban intinya cuma dua, jawaban positif atau negatif!
Berbicara jawaban positif yakni kamu yang memandangnya dengan bijak, bahwa guru yang ‘Killer’ itu bisa membawa manfaat bagi mental kamu. Kamu bisa berani karena sudah biasa dengan dibentak bentak atau dimarahi. Coba lihatlah pedang yang terbuat dari besi pun harus dipanaskan dengan api yang bersuhu tinggi, setelah itu dipukul pukul, dalam keadaan panas besi itu dibentuk paksa. Yang kita ketahui besi itu keras. Tetapi para tukang sangat telaten membentuk besi itu menjadi pedang yang indah dan tajam. Filosofi besi menjadi pedang adalah sama seperti di kehidupan kita saat ini. Kalau kita tidak ‘dipanaskan’ dan ‘dibentuk’ paksa mungkin kita sekarang tidak bisa setegar ini.
Tetapi bila jawaban kamu negatif, bisa jadi kamu sampai hari ini masih menyimpan rasa benci yang mengakibatkan kesehatan kamu terganggu. Kalau kamu mengerti bawasannya guru yang ‘killer’ itu adalah sarana kita untuk menjadi bijaksana. Rasa benci itu menjadi rasa terima kasih.
Bukan sekedar guru yang ‘killer’ tetapi teman seringkali menyakiti kamu atau kekasih yang menghianati kamu. Cukup dengan sebuah kesadaran kalau semua itu adalah sarana untuk kita dewasa. Rasa sakit yang seharusnya ada, malah menjadi bahagia.
Tanpa disadari kita suka berbuat yang menyinggung perasaan oranglain. Perilaku ini pun bagian untuk mendewasakan mereka. Bukan berarti setelah membaca ini. “heh kamu aku kepengen ngedewasain kamu. Kamu harus aku siksa” bukan gitu maksudnya. Tetapi ada hal hal yang dilakukan tidak sengaja yang membuat oranglain kecewa.
Setelah berbuat salah kok timbul rasa bersalah? Ya wajar kok. Artinya kamu masih punya hati. Kamu tau kalau yang tadi itu kamu lakukan adalah tidak baik untuk oranglain. Maka dari itu orang bijak berkata “Kesakitan mengajarkan kita untuk berpikir. Dan berpikir membawa kita ke bijaksanaan”. Nah tidak mungkin kamu akan melakukan hal yang itu lagi dengan sengaja. Kalau pun melakukannya lagi atas ketidaksengajaan.

Ketahuilah hidupmu bukan ditentukan perkataan oranglain, melainkan dari keputusan kamu dalam memilih keputusan. So apapun yang dilakukan oranglain kamu tetap BAHAGIA. 

About the author

Dwi Andika Pratama

Founder ImpactfulWriting.com | Professional Impactful Writer | Mentor at CertifiedImpactfulWriter.com

Add comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Penulis Blog Ini

Dwi Andika Pratama sapaan akrabnya Kadika. blogger sejak 2012. Menjuarai lebih dari 10x Kompetisi Blog. Penikmat Buku Pengembangan Diri dan Marketing. selengkapnya…

Paling Dicari

Kategori

Part of BloggerHub.id